LAGI PUNYA MASALAH AJA SOMBONG

 LAGI PUNYA MASALAH AJA SOMBONG

Buku terbitan Digipolica*


Tulisan ini adalah karya dari Doktor Filsafat, Al Fatri Adlin, yang diedit satu dua buah katanya,  untuk kepentingan jurnalisme, tanpa mengubah makna yang terkandung di dalamnya. Tulisan lama yang dibuat lebih dari 15 tahun yang lalu akan tetapi memiliki makna yang mendalam yang bisa berguna dan bermanfaat sampai saat ini.  


Suatu ketika, Sang Guru Sejati (alm.) memberikan nasehat praktis yang penting, “Kalau kamu sedang punya masalah, wajahmu jangan menjadi masam terhadap orang lain.” 

Mari kita lihat diri sendiri kenyataan yang tak tertolakkan seperti berikut ini 

“Apakah dalam kehidupan sehari-hari, mudah menjadi manusia yang berubah berwajah masam, serta hilang keramahan, saat tengah menghadapi suatu masalah yang terasa berat?” 

Seseorang yang menenteng “wajah masam karena sedang ada masalah” ke mana-mana itu benar-benar mengganggu secara sosial. Dia merusak atmosfir kebahagiaan manusia yang berada di dekatnya. Dia membuat orang di sekitarnya menjadi salah tingkah, takut berekspresi apa pun karena “si berwajah masam” sangat mudah meledak dan berkata-kata kasar akibat “tafsirannya sendiri” atas perkataan atau tingkah orang lain, bahkan sampai kalap melakukan kekerasan fisik. Tak ubahnya bom yang tersenggol sedikit langsung meledak.




Di kesempatan lain, Sang Guru Sejati (alm.) juga mengajari bahwa manusia itu harus menjadi seperti lautan. 

Lihatlah, apa saja yang masuk ke lautan? Bangkai, sampah, air kotor, gelondongan kayu yang besar, limbah ini limbah itu, dan berbagai sampah kotoran lainnya. Namun apa yang dikeluarkan oleh lautan? Ikan-ikan laut yang segar dan lezat untuk dimakan manusia, ikan-ikan hias yang cantik dan indah plus lengkap dengan terumbu karang nan eksotik, minyak bumi, mutiara, uap air untuk hujan yang menyirami bumi dan sekian “kebaikan” lainnya.

Namun sayangnya teramat sangat jarang manusia yang bisa menjadi seperti lautan. Kebanyakan hanya bisa menjadi selokan. Di hadapan orang yang bersikap tidak menyenangkan, dia seperti tidak apa-apa, akan tetapi ketika berada di belakang orang tersebut, lantas meng-ghibah  habis-habisan. Namun itu masih lebih mending, lebih baik, dari pada jadi bom yang mudah meledak di mana-mana. Semoga ada upaya proses perbaikan diri terus menerus.

Tak hanya itu. Upayakan juga berlatih untuk menjadi manusia yang manakala dirinya beruntun dihantam sekian masalah tidak mengenakkan, akan tetapi wajahnya tidak pernah berubah menjadi masam dan kusut karenanya; wajah masam yang kemudian dia pamerkan kepada orang-orang di sekitarnya.

Rasulullah Muhammad saw pernah berwajah masam, maka Allah menegurnya dan kemudian mengabadikan peristiwa tersebut dalam Al-Quran sebagai Surat ‘Abasa (meski sebagian kalangan tidak menisbatkan wajah masam itu kepada Rasulullah, dan menafsirkan bahwa yang berwajah masam itu adalah wajah masam si fulan ini atau si fulan itu yang ada di sekitar Rasulullah Muhammad saw… Well, maaf kalau saya tidak mengikuti pandangan yang kedua tersebut). 

Bukan hanya itu. Hal yang juga luar biasa dari Rasulullah Muhammad saw adalah cara beliau menghadapkan diri kepada orang yang diajaknya berbicara. Dalam salah satu hadits diceritakan bahwa ketika berbicara dengan seseorang, Rasulullah Muhammad saw tidak pernah hanya memalingkan wajahnya saja ke arah orang yang diajaknya bicara. Beliau saw selalu menghadapkan seluruh tubuhnya ke hadapan orang tersebut. 

Sadruddin Al-Qunawi, anak tiri Ibn ‘Arabi, menceritakan ta‘wil dari hadits tersebut. Singkatnya, menurut Al-Qunawi, sikap Rasulullah Muhammad saw tersebut sebenarnya merupakan representasi atau semacam “perpanjangan” dari sikap Allah Ta‘ala terhadap seluruh makhluk-Nya. Bahwa Dia Ta‘ala selalu menghadapkan segenap Diri-Nya dalam menghadapi makhluk-Nya. Luar biasa bukan? Tuhan Semesta Alam itu menghadapkan seluruh wajahnya kepada makhluknya yang itu.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah Muhammad saw pun pernah menyatakan bahwa dari semua Nabi, beliaulah yang paling takut terhadap Allah Ta‘ala. Namun, dari semua Nabi, beliaulah yang justru paling banyak tersenyum. Rasulullah Muhammad saw bahkan pernah bersabda bahwa senyum itu shadaqah.

Kalau pernah membaca novel The Name of the Rose, di dalamnya anda akan mendapatkan satu hal yang cukup mengejutkan. Ada sebuah kitab parodi lucu yang mengangkat banyak kisah parodi yang lucu. Seorang biarawan penjaga Biara, diracuni oleh sang penjaga perpustakaan, yang juga seorang biarawan. Biarawan penjaga perpustakaan itu meracuni halaman buku di Perpustakaan, sehingga siapa pun yang membaca dan memegang buku tersebut, akan secara tidak sengaja terkena racun yang diletakkan di tiap halaman buku itu.

Permasalahannya adalah, pada masa itu, orang membuka halaman kitab dengan cara membasahi ujung jarinya terlebih dahulu. Sehingga jari yang digunakan untuk membuka halaman kitab akan sekaligus membawa racun itu ke mulutnya saat membaca buku. 

Kenapa sang penjaga perpustakaan melakukan hal tersebut? Karena, menurutnya, Isa (Nabi Isa a.s.) tidak pernah tertawa, dan manusia harus meniru perilaku Nabi Isa tersebut. Dia sangat benci dengan buku parodi yang mengundang tawa tersebut. Karena manusia menjadi banyak tersenyum dibandingkan yang dicontohkan oleh Nabi Isa. 


***

Kembali kepada senyum dan berwajah masam yang ada dalam tulisan ini. Siapa gerangan di antara manusia di muka bumi ini yang tidak mempunyai masalah? Saya percaya bahwa tidak ada manusia yang seperti itu. Tidak mungkin ada manusia yang tidak mempunyai masalah. Mustahil manusia itu tidak punya masalah.

Namun, melihat sedikit paparan di atas, dan juga menyadari fakta bahwa semua manusia pasti punya masalah masing-masing, maka bisakah kita memberikan pembenaran pada saat menenteng-nenteng wajah masam kita ke mana-mana? 

Bukankah ini adalah hal yang aneh, bukan? Apakah karena sedang punya masalah, maka yang muncul adalah kesombonganya yang tiada dua. Sampai wajah masamnya dipamerkan ke mana-mana. Apakah karena merasa lebih unik sebab sedang punya masalah? 

“Lihatlah wajah masam gue, maklum gue lagi punya masalah ta ieu yeu.” 

Memangnya siapa gerangan yang sedang tidak punya masalah? Jangan sombong deh. 

Beneran deh ......bo abo ta yeu (Bahasa Madura). 

( 1 November 2009 )


*Digipolica adalah salah satu konsultan politik yang berkantor pusat di Yogyakarta